Gereja GMIM Solafide sekarang. |
Pertumbuhan Protestan
di Tinoor unik, karena bukan berkembang langsung dari Tomohon, tapi dari Lotta,
kendati tokohnya sama Zendeling Nicolaas Philip Wilken dari Tomohon. Tinoor
masa silam memang masih lebih dekat ke Lotta, lewat jalan lama yang sekarang
dikenal Jalan Tangga-tangga. Lotta masih kedudukan dari Kepala Distrik
Kakaskasen, dimana sampai tahun 1908 Tinoor bernaung sebagai salah satu
negerinya. Ruas jalan vital Manado-Tomohon lewat Pineleng yang ada sekarang baru
dibangun tahun 1911 menggantikan rute lama via Lotta.
Wilken mencatat ia
mendirikan Jemaat (Gemeente) Tinoor (sekarang
Jemaat GMIM Solafide) di tahun 1860, ketika ia melakukan pembaptisan pertama di
Tinoor terhadap 5 penduduk.
Namun, menurutnya, sudah ada sejumlah orang Kristen di Tinoor yang dibaptisnya di Lotta dan Kakaskasen. Ada bahkan yang sudah disidi dan diberkati perkawinannya. Karena belum ada gereja, mengingat luas wilayah kerjanya, maka untuk pelayanan ibadah dan pelajaran agama ia memusatkan di Lotta.
‘’Yang dari Tinoor bersama dari Koka dan Warembungan di gereja Lotta. Dari Kinilow dan Kayawu di Kakaskasen,’’ catatnya.
Namun, menurutnya, sudah ada sejumlah orang Kristen di Tinoor yang dibaptisnya di Lotta dan Kakaskasen. Ada bahkan yang sudah disidi dan diberkati perkawinannya. Karena belum ada gereja, mengingat luas wilayah kerjanya, maka untuk pelayanan ibadah dan pelajaran agama ia memusatkan di Lotta.
‘’Yang dari Tinoor bersama dari Koka dan Warembungan di gereja Lotta. Dari Kinilow dan Kayawu di Kakaskasen,’’ catatnya.
Menurut Wilken dari
periode pelayanan 1843 hingga 1860 tersebut ada 5 penduduk Tinoor (4 dewasa dan
1 anak) dibaptis di Lotta. Yang dikawinkannya 3 pasang dan disidi 2.
Orang Tinoor yang
dibaptis Wilken ini sudah dicatat Dr.Pieter Bleeker di akhir tahun 1852. Bleeker
menyebut dari total penduduk Tinoor ketika itu 205 jiwa, sudah ada 5 orang
Kristen.
Untuk pertama kali di
Tinoor, tanggal 20 Oktober 1860 Wilken melaksanakan sakramen baptisan terhadap
5 penduduk. Empat orang dewasa (Albertus Purukan, Karel Sulu, Daniel Mundo dan
Nicolaas Longdong) serta 1 anak (Ertus Pangkej, kelak Hukum Tua).
Wilken merinci jumlah penduduk Tinoor tahun 1860 sebanyak 228 orang. Di luar dari yang dibaptisnya, atau pendatang dari luar yang dibaptisnya di Kakaskasen, Jemaat Protestan Tinoor pertama sebanyak 28 orang, dengan kehadiran di gereja 11 orang. Sisanya 200 orang masih berkepercayaan leluhur (dicatat NZG kafir atau heidenen).
SEMUEL LIUW
Dari antara orang
luar yang dibaptis Wilken dan bekerja di Tinoor adalah Semuel Liuw, bersama istri
dan dua anak kembarnya. Liuw adalah guru Sekolah Negeri (Negerijschool atau
Negorijschool) Tinoor. Liuw telah dibaptis di negeri asalnya Kakaskasen.
Berbeda di lain negeri,
dimana NZG sebagai pendiri, sekolah Tinoor disponsori pendirian dan
pembiayaannya oleh negeri sendiri. 1]
Sekolah Negeri Tinoor
ini berdiri tahun 1859 dengan pengangkatan Semuel Petrus Liuw sebagai guru.
Semuel Liuw adalah lulusan Sekolah Genootschap Kakaskasen, didikan Jusuf
Tumbelaka. 2]
Sekolah Negeri Tinoor
dimulai dengan 20 murid, meski yang hadir sehari-hari 16. Tahun 1860 menjadi 22
murid.
Liuw berperan penting
dalam,pekerjaan di sekolah dan jemaat. Ia diangkat Wilken sebagai Guru Jemaat (onderwijzer-voorganger). Selain Liuw,
sejak tahun 1861 Wilken dibantu Hulpzendeling
(Penolong Injil) Cornelis Wohon yang sering menggantikannya memberi pelajaran
agama atau perkunjungan rumah di Tinoor. Wilken menyebut dalam setahun ia hanya
dua atau tiga kali berkunjung dengan kuda.
Tahun 1861 murid
Sekolah Negeri Tinoor meningkat 43 anak (kehadiran 28). Tahun 1861 ini (30
Desember) Wilken melakukan pembaptisan kedua, atas 18 orang dan tahun berikut
(10 Desember 1862) 3 penduduk.
Wilken mencatat dalam
laporan tahun 1867, di Distrik Kakaskasen yang tengah dipimpin Hukum Besar
W.L.Parengkuan, dimana Tinoor menjadi satu negerinya, masih terjadi hambatan. Orang
Kristen dipaksa untuk bekerja di hari Minggu, sementara untuk pelaksanaan foso diberikan kesempatan. Ia juga
mengkhawatirkan kedekatan Kakaskasen dengan Manado yang merugikan moralitas.
Populasi Tinoor di
tahun ini sebanyak 262 jiwa. Orang berkepercayaan lama 206 dan Kristen 56. Ia
telah membaptis 36 jiwa. Orang dewasa 28 (13 pria dan 15 wanita) serta 8 anak. Sementara
orang yang disidi masih ada 3, begitu pun yang kawin masih ada 3. Sekolah
Negeri di bawah guru Liuw, memiliki 42 murid (24 anak laki dan 18 anak
perempuan), namun yang datang ke sekolah setiap hari 27. Wilken mengawinkan 1
pasang tahun ini.
Sejak 22 November
1868 penanganan Jemaat Tinoor diserahkan Wilken kepada Zendeling Jan Louwerier.
Louwerier dalam pelayanannya tetap dibantu Guru Jemaat Liuw dan Hulpzendeling
Cornelis Wohon. Dalam pekerjaan harian di Jemaat, Guru Jemaat telah dibantu 1 ouderling (penatua) dan 2 diaken (syamas) yang dipilih anggota jemaat.
Tahun 1868 Louwerier melakukan
pembaptisan pertama dengan 4 anak. Di bulan Desember 1868 Sekolah Negeri Tinoor
di bawah Liuw memiliki 50 murid (31 anak laki dan 19 anak perempuan), dengan
kehadiran 21 anak. Tahun 1869 50 murid (34 laki dan 16 anak gadis), dan
kehadiran 21. Ultimo Desember 1870 muridnya 53 (40 anak laki-laki, 13 anak
perempuan) dengan kehadiran 31.
Louwerier tahun 1873 membaptis
10 jiwa (7 dewasa dan 3 anak). Ia juga mengawinkan 1 pasang. Tahun 1873 10 orang (2 dewasa 8 anak), dan 1 kawin.
Tahun 1874 33 orang sekaligus (29 dewasa 4 anak).
Louwerier mencatat tentang
Jemaat Tinoor tahun 1875. Ia memuji Kumpulan Kaum Wanita yang berlangsung di
hari Minggu di bawah bimbingan guru Liuw. Mereka mempelajari sejarah Alkitab,
juga belajar membaca dan berhitung. Ia mengaku terkejut dengan jawaban yang
tepat dari mereka. Louwerier hanya merasa prihatin dengan perikehidupan
sejumlah penduduknya.
Anggota sidi pertama
kali diteguhkan Louwerier tahun 1875 terhadap 19 orang. Louwerier juga membaptis
30 anak dan kawinkan 6 pasang. Tahun 1876 ia membaptis 72 orang (14 dewasa dan
58 anak) dan kawin 1 pasang. Tahun 1877 34 orang (9 dewasa dan 25 anak) dan 1
pasang kawin. Tahun 1878 38 (19 dewasa 19 anak) dan 2 kawin. Tahun 1879 27
orang (9 dewasa 18 anak). Tahun 1880 23 jiwa (2 dewasa 21 anak) dan kawinkan 1
pasang. Tahun 1881 baptis 6 anak dan 1 kawin dan tahun 1882 baptis 11 anak.
Kondisi Sekolah
Negeri Tinoor mulai memprihatinkan sejak tahun 1875. Guru Liuw tidak menerima bayaran
apa pun. Tapi, karena dedikasi ia tetap menjalankan sekolah, sehingga Louwerier
harus membantunya. Bulan September 1878 Louwerier mengusul Residen Manado untuk
mengambilalih sekolah. Ini disetujui, dan sejak Januari 1879 sekolah berjalan
normal dengan pembiayaan dari berbagai partisipasi, antaranya dari dermawan di
Negeri Belanda, terutama Jemaat Tinoor sendiri.
Tahun 1878 Werkkring Tomohon di bawah
Zendeling Jan Louwerier (Jemaat Tinoor
menjadi bagiannya) berubah menjadi Resort
di bawah Louwerier yang menjadi Hulpprediker.
Sementara Hulpzendeling berubah sebutan Inlandsch leeraar, digaji Indische Kerk, tidak lagi dari NZG.
Tinggal persekolahan saja yang ditangani NZG. 3]
Tahun 1882 status
sekolah Tinoor resmi menjadi Sekolah Genootschap
dibiayai NZG, dengan Liuw tetap sebagai guru. Bulan Desember ini jumlah
murid 47 (37 laki dan 10 perempuan) dengan kehadiran 20 anak. Louwerier
membaptis 11 anak.
Ultimo Desember 1883
jumlah muridnya 49 (40 anak laki-laki dan 9 perempuan), dengan kehadiran
rendah, hanya 19. Louwerier tahun ini membaptis 8 orang (1 dewasa dan 7 anak)
serta kawinkan 2 pasangan.
Tahun 1884, Louwerier
membaptis 16 orang (1 dewasa 15 anak) dan 4 sidi. Sekolah Genootschap memiliki
38 murid laki-laki dan 8 perempuan. Dari total 46 murid, hadir sehari-hari 21. Tahun
1885 ia membaptis 12 orang (2 dewasa 10 anak), sidi 3 dan kawin 2. Sekolah di
bawah guru Liuw hanya dihadiri 19 siswa, dari jumlah murid 47 (34 laki dan 13
perempuan). Masa ini Jemaat Tinoor membangun gereja yang lebih baik dibiayai dari kas
gereja.
RESORT TANAWANGKO
Bulan September 1886
terjadi perubahan. Hulpprediker Resort Tomohon Jan Louwerier menyerahkan
penanganan Jemaat Tinoor, termasuk Kinilow dan Kayawu kepada Hulpprediker
Tanawangko Jan ten Hove. Di tahun ini ten Hove membaptis 9 anak, sidi 3 orang
dan kawinkan 3 pasang. Sekolah Genootschap dengan guru Liuw di bawah
penilikannya memiliki 50 murid (35 laki dan 15 anak perempuan), dengan
kehadiran 33.
Evangelisasi Jan ten
Hove selang tahun 1887 membaptis 26 orang (8 dewasa 18 anak) 1 sidi dan 3
kawin. Sekolah menurun, dengan 39 murid (34 laki 5 perempuan) sedang kehadiran
hanya 19.
Jan ten Hove tidak
lama. Tahun 1888 ia pindah di Resort Maumbi. E.W.G.Graafland, anak Zendeling
Nicolaas Graafland, menggantikannya. Tahun ini, Eduard
Graafland membaptis 22 orang (3 dewasa
dan 19 anak), sidi 9 dan kawin 1. Sekolah menunjuk kehadiran yang naik, menjadi
32 orang dari total murid 43 (34 laki 8 perempuan).
Tahun 1889 Graafland
membaptis 13 orang (3 dewasa 10 anak) dan kawinkan 3 pasang. Sekolah memiliki
43 murid, dengan kehadiran 21.
Sejak 1889 pula
Jemaat Tinoor resmi dipimpin oleh seorang Inlandsch leeraar. S.Lantang yang
bertugas di Taratara dan Woloan, ditetapkan sebagai Inlandsch leeraar Tinoor.
Ia melayani pula Jemaat Kayawu dan Kinilow, disamping Taratara dan Woloan.
Total penduduk Tinoor
tahun 1889 ini 382 jiwa. Jemaat Protestan 278 jiwa. Sisanya penganut
kepercayaan lama 77 dan Katolik 27.
JORGEN SEKEH
Tahun 1891, guru
Semuel Liuw setelah lama, digantikan oleh guru Jorgen Sekeh, lulusan Kweekschool (Sekolah Guru) Tomohon. Di
bawah kepemimpinan Sekeh, sekolah memiliki 70 murid (50 anak laki-laki dan
20 anak gadis), dengan kehadiran sehari-hari 37. Tahun ini pula Hulpprediker
Tanawangko E.W.G.Graafland membaptis 46 orang (27 dewasa 19 anak), sidi 1 dan
kawin 18.
Ultimo Desember 1892
sekolah di bawah guru Sekeh mempunyai 53 murid (42 anak laki dan 11 anak
gadis).
Terjadi rotasi posisi
Inlandsch leeraar. S.Lantang berkonsentrasi di Woloan dan Taratara (bertambah
Ranotongkor). Penggantinya adalah Inlandsch leeraar L.Pongai yang sebelumnya
bertugas di Sawangan dan Kamangta. Selain Tinoor, Pongai melayani Jemaat Kayawu
dan Kinilow. Di tahun 1892 ini penganut alifuru
menurun, tinggal 10 orang. Total penduduk Tinoor adalah 354 jiwa, dengan
Protestan 350 dan Katolik 4 jiwa.
Tahun 1893 sekolah di
bawah guru Sekeh dan penilik Eduard Graafland memiliki 54 murid (kehadiran 31).
Graafland muda membaptis 16 anak dan kawinkan 1 pasangan. Jemaat Protestan
Tinoor 352, Katolik 4, kafir 13, dengan populasi Tinoor 369.
Solafide dari kejauhan. |
Kehadiran murid
Tinoor masih kurang. Bulan Desember 1894, sekolah hanya dihadiri 26 anak,
padahal terdaftar 45. Dari penduduk yang berjumlah 350 orang tahun 1894,
Protestan 336, Katolik 3 dan masih ada 11 agama lama. Graafland membaptis 11
anak, sidi 4 orang dan kawinkan 5 pasang.
Statistik ultimo
1895, Jemaat masih di bawah Inlandsch leeraar L.Pongai sebanyak 258 jiwa. Dari
total penduduk 371, masih ada 13 alifuru sementara Katolik tidak ada.
Sekolah Genootschap
Tinoor mengalami pergantian pimpinan. Guru Jorgen Sekeh berangkat ke Sulawesi
Tengah bersama Zendeling Dr.Albertus Christiaan Kruijt, bekerja sebagai guru di
Poso (meninggal tahun 1905). Sebagai pengganti adalah Arnold Longdong. Bulan
Desember 1895, murid di bawahnya 51 (39 anak laki-laki dan 21 anak gadis),
dengan kehadiran 28. Dalam kegiatan evangelisasi, Graafland membaptis 13 anak,
11 sidi dan 4 kawin.
Tahun 1896 Jemaat
Tinoor di bawah Inlandsch leeraar.Pongai sebanyak 361 jiwa, dan masih ada 11
alifuru. Kehadiran murid Desember 1896 dicatat hanya 26 dari terdaftar 49 anak.
Graafland membaptis 1 anak dan kawinkan 4 pasang.
Penduduk Tinoor tahun
1897 373 orang. Protestan di bawah Pongai 359, dan kafir bertambah 14.
Graafland membaptis 20 anak dan kawinkan 2 pasangan. Sekolah dengan 60 murid hanya
mencatat kehadiran 26 murid.
Tahun 1898 Pongai
pindah menangani Jemaat Kakaskasen (lalu di Tomohon). Jemaat Tinoor dipegang
Inlandsch leeraar Z.Sumendap yang merangkap pelayanan di Kayawu dan Kinilow.
Dari total penduduk Tinoor 368 jiwa, Jemaat Protestan 354, dan kafir 14.
Tahun 1898 ini
Hulpprediker E.W.G.Graafland pindah di Resort Amurang, sehingga Resort Tanawangko
kosong. Pandita Tomohon Jan Louwerier dan Pandita Maumbi Jan ten Hove mengisi
pelayanan baptisan. Tahun 1898 11 anak Tinoor dibaptis, 3 disidi dan 3 kawin.
Sekolah di bawah guru Longdong Desember ini memiliki 52 murid, dengan kehadiran
27.
Tahun 1900 bertugas
dari Resort Tanawangko Hulpprediker C.J.I.Sluyk. Dalam kegiatan
evangelisasinya, Sluyk membaptis tahun 1900 24 anak dan 1 dikawinkan. Jemaat
Tinoor di bawah Sumendap bertambah menjadi 411. Dari total penduduk 424 jiwa
masih ada 13 agama lama. Sekolah Genootschap memiliki 55 murid dengan hadir per
hari rata-rata 26.
Penduduk Tinoor tahun
1901 438 jiwa, dengan Protestan 425. Sluyk membaptis 18 anak dan kawinkan 2
pasang. Murid di bawah Longdong 52 dan kehadiran 26. Tahun 1902 murid terdaftar
69 dan kehadiran 37. Tahun ini Sluyk membaptis 23 orang (2 dewasa 21 anak) dan
kawin 1 pasang. Penduduk Tinoor 450 jiwa, dengan 444 Protestan di bawah
Sumendap.
RESORT TARATARA
Sejak tanggal 6 Oktober 1903 Resort Tanawangko hilang
berganti Resort Taratara, dengan Jemaat Tinoor yang berjumlah 470 orang menjadi
bagiannya. Dari jumlah penduduk tahun ini 479, masih ada 5 kafir, dan Katolik
tumbuh kembali dengan 4 jiwa.
Pandita.Sluyk
membaptis 27 orang (1 dewasa 26 anak) dan kawinkan 4 pasang. Sekolah di bawah Longdong
mencatatkan rekor 71 siswa (54 anak laki dan 17 anak gadis), namun kehadiran
33.
Sluyk bertugas hingga
16 Oktober 1904. Untuk sementara Resort Taratara dilayani Pandita Tomohon,
Amurang dan Maumbi, dan sejak 26 Desember ditempatkan Hulpprediker J.G.de Haan.
Pembaptisan selang 1904 23 anak dan 3 pasangan kawin.
Statistik 1904,
Jemaat Tinoor masih di bawah Sumendap sebanyak 487 orang. Total penduduk 451.
Lainnya Katolik 1, kafir 3 dan ada 1 Islam. Sekolah mencatat 66 murid, dan
kehadiran 31.
Tahun 1905 Pandita de
Haan membaptis 18 anak, sidi 14 dan kawin 10. Sekolah dengan 58 murid dan
kehadiran 32. Jemaat Tinoor 477 jiwa, dan dengan total penduduk 481, ada 1
Katolik dan 3 kafir. Tahun 1906 penduduk Tinoor 487 dengan 484 Protestan, kafir
3 dan Katolik tidak ada.
Sekolah Genootschap
Tinoor sejak 1906 mulai dipimpin Lodewijk Mathindas yang lulus dari Kweekschool
Tomohon. Guru Longdong dipindahkan de Haan di Woloan mengganti guru J.Wehantouw
yang dipensiun. Murid sekolah Desember 1906 sebanyak 67 (44 anak lelaki 23 anak
gadis), dan kehadiran meningkat 43. Hulpprediker de Haan membaptis 20 anak dan
kawinkan 2 pasang.
Tahun 1907 Inlandsch
leeraar Sumendap dipindah di Tombariri melayani Poopoh, Teling dan Kumu-Arakan.
Penggantinya Inlandsch leeraar L.Rompis sebelumnya bertugas di Pinamorongan dan
Wuwuk. Jemaat Protestan Tinoor 478 jiwa dari total 480 penduduk. Orang
berkepercayaan lama masih 2. Rompis ikut melayani Kinilow dan Kayawu. Pandita de Haan membaptis tahun ini 22 orang (2
dewasa 20 anak), sidi 11 dan kawin 1. Sekolah tahun 1907 dengan 90 murid dan
kehadiran 53.
Tahun 1908 Jemaat Tinoor
sebanyak 491, sedang populasi seluruh Tinoor 493. De Haan membaptis 31 orang
dan kawinkan 5 pasang. Murid di bawah guru Mathindas 90 anak dan kehadiran 52.
Tahun 1908 ini Distrik Kakaskasen dihapus, dan Tinoor digabung ke dalam Distrik
Tomohon-Sarongsong (kelak tinggal Distrik Tomohon).
Penduduk Tinoor tahun
1909 498 jiwa, dengan Protestan 487 (masih 1 kafir). Pandita de Haan membaptis
22 anak, sidi 6 dan kawin 7. Sekolah 84 murid dan kehadiran 57.
Tahun 1910 penduduk
menjadi 529, dengan Protestan 528, masih di bawah pelayanan Inlandsch leeraar
L.Rompis. Sekolah di bawah guru Mathindas memiliki 83 murid (53 anak laki-laki
dan 30 anak gadis), serta kehadiran 50. ***
---------
1]. Kendati hanya
lulusan Sekolah Genootschap Kakaskasen (tidak dari Sekolah Guru Tanawangko),
dan dari mengikuti pelajaran bulanan di pertemuan para guru, Semuel Liuw dipuji
Jan Louwerier sebagai salah seorang guru terbaik di Minahasa.
2] Guru Sekolah Negeri
digaji dari kas Distrik (districtskas), bangunannya didirikan dan dikelola
negeri di bawah Hukum Tua, sementara buku dan alat tulis didanai orangtua murid.
3] Baik Zendeling mau
pun Hulpprediker, tetap sama disebut penduduk sebagai Pandita, sementara
Inlandsch leeraar tetap dikenal dengan sebutan Penolong Injil.
·
Foto
koleksi Bryan Nimitz Sondak.
·
Sumber
tulisan: Maandberigt van het Nederlansche
Zendelinggenootschap, 1870,1876,1880,1886. Mededelingen NZG 1857-1911. Reis
door de Minahassa en den Molukschen Archipel, 1856 oleh Dr.P.Bleeker, dan
naskah Tomohon Dulu dan Kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.