Pusara Alexander Wajong dan istri. |
Para guru awal di Tomohon sangat berjasa,
karena menjadi tonggak kemajuan yang dicapai Tomohon sekarang ini. Bukan
sekedar menjadi perintis pendidikan ketika penduduknya semua masih buta huruf,
tapi juga menjadi tokoh-tokoh agama yang berhasil menggerakkan hati bukan hanya
para murid tapi juga orang tua, bahkan kalangan masyarakat lain untuk meninggalkan
agama tradisional dan menjadi Kristen.
Salah seorang diantaranya yang dianggap
sebagai perintis pendidikan dan agama Kristen di Sarongsong adalah Alexander
Wajong.
Ia lahir tahun 1818 di Tomohon, sebagai putera dari
Wajongkere.
Ketika Zendeling pertama Tomohon Johan Adam Mattern menetap di Tomohon bulan Juli 1838, Alexander Wajong bekerja sebagai pembantu di percetakan NZG yang dibawa dan dipercayakan penanganannya kepada Mattern. Percetakan tersebut mencetak buku-buku pelajaran dan agama dalam bahasa Melayu (kelak dipakai Zendeling Nicolaas Graafland mencetak koran Tjahaja Sijang di Tanawangko).
Sebagai tukang cetak, ia memperoleh uang saku sebesar 4 gulden tiap bulannya. Jumlah yang tidak sedikit ketika itu.
Ketika Zendeling pertama Tomohon Johan Adam Mattern menetap di Tomohon bulan Juli 1838, Alexander Wajong bekerja sebagai pembantu di percetakan NZG yang dibawa dan dipercayakan penanganannya kepada Mattern. Percetakan tersebut mencetak buku-buku pelajaran dan agama dalam bahasa Melayu (kelak dipakai Zendeling Nicolaas Graafland mencetak koran Tjahaja Sijang di Tanawangko).
Sebagai tukang cetak, ia memperoleh uang saku sebesar 4 gulden tiap bulannya. Jumlah yang tidak sedikit ketika itu.
Tapi, bukan hanya kepentingan duniawi yang
mempengaruhinya. Ia terdorong oleh Mattern dan menjadi muridnya, sangat giat mengikuti
pendidikan agama. Bersama dengan Cornelis Wohon, ia termasuk yang terbaik,
paling setia, dan paling rajin dari antara murid Mattern. 1]
Tanggal 9 Februari 1840, bersama Cornelis
Wohon, ia dibaptis Adam Mattern di gereja Tomohon menjadi Kristen.
Hanya beberapa hari setelah pembaptisannya,
Sekolah Genootschap Sarongsong membutuhkan pemimpin. Dan, Mattern tidak ragu
untuk menunjuk anak muda ini.
Tanggal 28 Februari 1840, Alexander Wajong
resmi menjadi guru (meester atau onderwijzer) sekaligus sebagai Guru Jemaat
(voorganger). Ia tanpa henti bekerja
dalam kedua jabatan itu selama 37 tahun, hingga dipensiun tanggal 8 Februari
1874.
Hasilnya membuktikan bahwa Mattern tidak
melakukan kesalahan ketika menunjuknya. Ia dipuji sebagai pekerja yang layak,
selalu setia dalam jabatannya, bekerja tanpa lelah untuk kebaikan banyak orang.
Menurut Hulpprediker Tomohon Jan Louwerier,
Alexander Wajong berkotbah sederhana, tetapi ceria dan dibuktikan dengan
teladannya.
Jemaat di Sarongsong menjadi antusias dengan
kerjanya, dan kemajuan yang dicapai, adalah kesaksian semangatnya itu. Gedung
gereja yang indah setiap hari Minggu penuh dengan pendengar yang penuh
perhatian. Kerjanya mengantar pada kehancuran paganisme di Sarongsong.
Selama pengabdiannya di Sarongsong, ia
berhasil membawa banyak orang Sarongsong menjadi Kristen. Dibaptis, sidi
dan dikawinkan oleh Zendeling Nicolaas Philip Wilken, pengganti Adam Mattern.
Louwerier mencatat orang Sarongsong yang
berhasil dibaptis melalui pekerjaan Alexander Wajong total sebanyak 1.453 orang.
Orang dewasa terdiri 265 pria, 373 wanita dan 815 anak-anak. Yang menjadi
anggota sidi 215 orang, pria sebanyak 71 dan 144 wanita. Sementara yang
dikawinkan 303 pasangan.
Murid-murid yang ditanganinya saban tahun,
rata-rata di atas 100 orang. Semisal tahun 1854 jumlah muridnya 128 anak. Tahun
1857 163. Tahun 1859 154. Tahun 1861 142. Tahun 1869 140. Tahun 1870 115. Tahun 1871 103. Tahun 1872 90 anak. Tahun 1873 95 dan di masa pensiunnya
awal 1874 107 siswa.
Alexander Wajong dipuji Louwerier selalu rapi dan lembut. Sebagai
memiliki bakat khusus untuk berurusan dengan anak-anak. Hingga hari-hari
terakhir aktivitasnya sebagai guru ia selalu senang bersama anak-anak kecil.
Meski sumber daya pendidikan kurang (sekolah
menumpang di gereja), ia terus bekerja dengan sarana seadanya. Dan bukan tanpa
hasil. Kontrolir Tondano Jhr.F.G.Boreel yang menginspeksi sekolah Sarongsong berulangkali
menghabiskan beberapa jam dan selalu menyatakan kepuasannya dengan kemajuan
siswanya.
Para muridnya terbilang banyak yang berhasil.
Delapan orang diantaranya menjadi Hukum Tua, dua orang menjadi Assistant de Kultures, tiga
orang menjadi penulis (schrijver) di
kantor Kontrolir dan kantor Distrik, dan satu orang menjadi Opziener di
Banyuwangi. Semuanya adalah posisi-posisi yang terbilang sangat tinggi dan
bergengsi ketika itu. Penggantinya Seth Lantang yang sebelumnya menjadi guru di
Tataaran adalah muridnya pula.
KELUARGA
Alexander Wajong kawin tahun 1847 dengan putri
Kepala Distrik Sarongsong Majoor Herman Carl Wawo-Roentoe yang bernama Kekewulan
yang setelah masuk Kristen bernama Maria Magdalena Waworoentoe. Istrinya
kelahiran tahun 1820.
Masuk Kristennya Majoor Herman Carl (dibaptis
Inspektur NZG Ds.L.J.van Rhijn di gereja Tomohon 11 April 1847) banyak
dipengaruhi pekerjaan injil dari guru Alexander Wajong.
Ia mempunyai 3 anak. Yang tertua Pietersina diperistri
J.Mandagi Hukum Tua Koror (bekas negeri di Distrik Sarongsong). Salah seorang cucunya
adalah Paul Lodewijk Mandagi, Inlandsch leeraar lulus dari STOVIL, dan menjadi
guru STOVIL. Cucu lain Maria Mandagi diperistri Soleman Rotti, sejak 1881 kepala
Sekolah Genootschap Sarongsong.
Putri lain Alexander Wajong adalah Wendelin.
Sementara putra satu-satunya Herrit Carl Wajong.
Putranya ini adalah salah satu muridnya yang
memulai karir sebagai assistant kultures di Sonder tahun 1879. Herrit kemudian
naik menjadi Hukum Kedua Distrik Tomohon-Sarongsong berkedududukan di
Sarongsong 1889, Jaksa Landraad Manado 1890, Hukum Kedua Maumbi di Kokoleh
Likupang dan Hukum Kedua Manado. Ia empat kali kawin. Salah seorang istrinya adalah
Leentje Paulina Dotulong, anak Majoor Tololiu Dotulong dari Sonder.
Cucu Alexander Wajong dari Herrit adalah
Alexander Exaverius Dotulong Wajong, seorang yang memperoleh gelar insinyur
praktek. Cucunya ini dikenal sebagai teekenaar
(juru gambar) dari sejumlah gereja di Minahasa, antaranya bangunan gereja GMIM
Sion sekarang.
Alexander Wajong berusia cukup panjang. Ia
baru wafat tahun 1891. Dikuburkan bersama istrinya yang mendahului meninggal
1858, di pekuburan keluarga Waworuntu di Tumatangtang. ***
-------
1]. Cornelis Wohon
pertama ditempatkan sebagai guru Genootschapschool Tataaran, lalu guru Sekolah
Genootschap Tomohon. Kemudian diangkat menjadi Huplzendeling (Penulong) membantu Zendeling N.Ph.Wilken. Terakhir
sebelum meninggal menangani Jemaat Kristen di Rurukan dan Kumelembuai. Cornelis
Wohon mengawini Elisabeth Wenas, putri Kepala Distrik Tomohon Lukas Wenas. Salah seorang keturunannya adalah Jefferson Rumajar, mantan Walikota Tomohon.
·
Foto:
Didi Defdi Sigar.
·
Sumber
tulisan: Mededeelingen van wege het
Nederlandsche Zendelinggenootschap Mei 1874, naskah ‘Tomohon Dulu dan Kini’
dan ‘Ensiklopedia Tou Manado’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.