Zendeling J.G.Schwarz. |
Sebelum Tomohon ditetapkan sebagai pos penginjilan dari Nederlansch Zendeling Genootschap (NZG) tahun 1838, sudah ada satu-dua orang yang dibaptis Kristen Protestan. Entah oleh Zendeling Tondano Johan Friederich Riedel (melayani 14 Oktober 1831-12 Oktober 1860) atau Zendeling Langowan Johan Gotlieb Schwarz (12 Juni 1831-1 Februari 1859). Atau bahkan oleh Predikant Manado Gerrit Jan Hellendoorn (Januari 1826-18 Agustus 1839).
Riedel dan Schwarz dipastikan pernah
menanamkan bibit Kristen di Tomohon. Riedel umpama diketahui seperti dari
laporannya kepada NZG bertanggal 27 September 1836 menyebut menangani sekolah
besar Tomohon.
Salah seorang wanita yang diduga menjadi
Kristen di masa awal ini adalah Maria Posumah, istri Kepala Balak Tomohon
Majoor Manoppo yang berkuasa di tahun 1809-1824. Zendeling Schwarz kuat dugaan yang telah membaptisnya, karena Schwarz
mengenalnya dengan sangat baik, seperti dicatat Dr.W.R.Baron van Hoevell tahun
1856. Schwarz banyak melakukan pembaptisan
di berbagai tempat di luar posnya Langowan.
Maria Posumah, nenek buyut dari Kepala
Distrik Tomohon Majoor Roland Ngantung meninggal dalam usia yang sangat lanjut, 111 tahun. Dari
para putri dan putranya turun keluarga-keluarga terkenal di Tomohon dengan fam
Palar, Ngantung, Wenas, Wahani, Posumah, Anes dan lainnya.
Wanita lain yang diperkirakan menjadi Kristen
awal Tomohon adalah putri bekas Kepala Balak Sarongsong Majoor Tamboto yang
bernama alifuru Tumete Liwun. Ketika masuk Kristen memakai nama Maria
Lontoh. Ia diperistri Hukum Kamasi Pangemanan Lontoh, anak dari Lontoh Tuunan
bekas Kepala Balak Tomohon dan tokoh pejuang Perang Minahasa di Tondano tahun
1808-1809. Putri Maria Lontoh bernama Elisabeth Pangemanan Lontoh diperistri
Lukas Wenas, kelak Kepala Distrik Tomohon. Sayang juga tidak diketahui
zendeling yang telah membaptis Maria Lontoh.
Zendeling pertama Tomohon Pandita Johan Adam
Mattern bekerja di Tomohon sejak awal Juli 1838 (menurut Jan Louwerier mulai
Juni) hingga meninggal pada 7 Desember 1842.
Ketika Mattern tiba di Tomohon, NZG mencatat,
kalau Tomohon adalah tempat dimana usaha pengkristenan paling sedikit dilakukan.
Hanya ada satu sekolah tersisa dengan pengunjung tidak lebih dari 40 atau 50
murid.
Selama masa pelayanannya, NZG mencatat Mattern
hanya membaptis 47 orang, terdiri 36 orang dewasa dan 11 anak-anak, serta
mendirikan Jemaat (Gemeenten) Tomohon
1839, termasuk banyak sekolah yang ketika itu tersebar di Distrik-distrik
Tomohon, Sarongsong, Kakaskasen dan Tombariri, kendati juga sepeninggalnya
banyak yang ditutup dan dibuka ulang oleh Wilken. Mattern tidak sempat
melaksanakan satu pun peneguhan anggota sidi atau pemberkatan perkawinan.
Pendirian Jemaat Tomohon tahun 1839 berdasar
pengumuman NZG, ketika Mattern melaporkan melakukan pembaptisan pertama di
Tomohon pada akhir bulan Desember 1839. Sebanyak enam orang dibaptis di gedung
gereja pertama Tomohon yang telah dibangun sebelum rumah pribadi sekaligus
percetakan selesai pada Agustus 1839.
Namun tidak ada data siapa saja yang telah
dibaptisnya, karena buku baptisan bekas Gereja Besar Tomohon tidak ada.
Tentang orang Kristen pertama ini, dicatat, bahwa mereka adalah enam orang murid piara yang telah tinggal bersama Mattern selama sekitar satu tahun.
Dari laporan Mattern dan berita Louwerier, hanya dua dari 47 orang yang dibaptis yang diketahui pasti nama dan tanggal pembaptisannya. Sedangkan seorang lainnya hanya diketahui nama alifuru, serta fam dari ketiga anaknya
Tentang orang Kristen pertama ini, dicatat, bahwa mereka adalah enam orang murid piara yang telah tinggal bersama Mattern selama sekitar satu tahun.
Dari laporan Mattern dan berita Louwerier, hanya dua dari 47 orang yang dibaptis yang diketahui pasti nama dan tanggal pembaptisannya. Sedangkan seorang lainnya hanya diketahui nama alifuru, serta fam dari ketiga anaknya
WAJONG DAN WOHON
Bulan Januari 1840 Mattern mencatat memulai
katekisasi dengan sepuluh orang muda, termasuk Guru Tomohon dan Sarongsong. Ia
sangat berharap dengan jumlah ini akan membentuk anggota Jemaat Tomohon. Tetapi,
anggota katekisasinya segera turun menjadi tujuh orang. Istrinya Johanna Jacoba
Oudshoff membantu dengan usaha keras. Menurut Mattern, dari antara ketujuh
orang itu, hanya tiga kweekeling
(murid piara) yang bisa mengajar.
Semua murid piara yang dibaptisnya
dipersiapkan untuk menjadi guru Sekolah Genootschap. Muncul permohonan dari beberapa
Kepala Distrik untuk membuka sekolah di negeri-negeri mereka.
Tanggal 9 Februari 1840 Mattern membaptis
empat orang. Mereka terdiri seorang pria muda dan wanita muda anak piara
istrinya Jacoba, serta dua orang yang telah bersekolah.
Dua orang yang dibaptis diketahui
pasti adalah Alexander Wajong dan
Cornelis Wohon. Keduanya telah bekerja di percetakan NZG yang dipegang Mattern
sejak awal kedatangannya di Tomohon, sebagai helper mencetak buku pelajaran dan agama dalam bahasa Melayu dengan
gaji 4 gulden tiap bulan. 1]
Alexander Wajong kelahiran Tomohon 1818.
Setelah dibaptis, ia ditempatkan Mattern sebagai guru Sekolah Genootschap
Sarongsong pada 28 Februari 1840 hingga pensiun 8 Februari 1874 (meninggal
tahun 1891).
Seperti Alexander Wajong, Cornelis Wohon, pertama
kali ditempatkan sebagai guru Sekolah Genootschap Tataaran Tombulu (Tataaran
Dua), ketika itu masuk Distrik Tomohon. Masa Pandita Nicolaas Philip Wilken, ia ditarik dari
Tataaran, digantikan guru Samuel Elias. Ia ditempatkan sebagai guru Sekolah Genootschap Tomohon di
Kamasi yang terbilang paling bermutu di Minahasa ketika itu. Dianggap gagal di
Tataaran, ia justru sukses di Tomohon. Tahun 1862 Wilken mengangkatnya menjadi
Penolong Injil (Hulpzendeling) Tomohon
pertama, kemudian sebagai Inlandsch leeraar tahun 1879. Dan setelah hampir lima puluh tahun bekerja, ia meninggal dunia.
Salah seorang yang banyak dianggap sebagai
murid Mattern pula adalah Samuel Elias. Namun, kemungkinan kuat Samuel Elias bukan dibaptis Mattern, tapi
oleh Zendeling Amurang pertama Carl (Karl) Traugott Herrmann (Mei 1836-26
September 1851). Samuel Elias berasal Amurang kelahiran Pondang. Ia
juga dicatat Louwerier memulai karir sebagai helper di percetakan NZG di bawah
Mattern, tapi ketika masih berada di Manado, sejak 1 Juni 1836.
Sebelum Mattern pindah dengan percetakan di
Tomohon pada bulan Juni 1838, Samuel Elias telah menjadi pekerja jemaat dan
pemimpin Sekolah Genootschap Kakaskasen sejak
tanggal 19 April 1838, dan menjabat hingga 31 Desember 1840. Karir guru Samuel
Elias, berlanjut ketika Mattern memindahkannya jadi guru Sekolah Genootschap
Woloan 4 Januari 1841 hingga 31 Desember 1843. Terakhir, oleh Wilken ditempatkan di Tataaran
Tombulu mengganti Cornelis Wohon, memimpin Sekolah Genootschap selang 4 Januari 1844-5
Februari 1871. Samuel Elias berhasil mengantar sebagian besar penduduk Tataaran
menjadi Kristen.
Murid piara lain dari Pandita Mattern tidak
diketahui. Namun dapat dipastikan mereka ditempatkannya menjadi guru-guru di
banyak sekolah yang berhasil didirikannya.
Tahun 1840 NZG melaporkan Mattern mengelola
56 sekolah dengan 3.837 anak murid, dimana 28 sekolah diantaranya didirikan
olehnya. Tahun ini pula sekolah asuhannya meningkat menjadi 65 buah. Namun,
terakhir dicatat ia sekedar menangani 14 sekolah dengan 770 murid. Penurunan
terjadi karena serangan penyakit anak, serta kurang perdulinya para kepala, dan
orang tua murid.
Selain Mattern, istrinya Jacoba memiliki
beberapa murid wanita (anak piara). Kondisi anak piara terlantar ketika Jacoba
meninggal pada 8 Oktober 1840.
Tahun 1840 itu pula, menurut NZG, Mattern
membaptis delapan muridnya yang sebelumnya masih kafir serta dua orang dewasa
lain. 2]
ISTRI WAWORUNTU
Tanggal 22 Maret 1841 Mattern melaporkan
memberikan baptisan kepada sepuluh orang. Dari mereka empat orang diantaranya
berasal dari satu keluarga Waworuntu asal Sarongsong. ‘’Istri ketiga dari
Kepala Distrik Sarongsong dan tiga anak laki-lakinya,’’ catat Mattern.
Penerima baptisan lain adalah murid tua dari
distrik yang telah membuat beberapa kemajuan di sekolah. Namun, mereka karena
usia terpaksa harus keluar dari sekolah, karena terhitung usia wajib kerja.
Mereka dituntut berpartisipasi dalam penanaman kopi dan padi. 3]
Istri ketiga dari Kepala Distrik Sarongsong
Majoor Waworuntu bernama Tewi. Namun, tidak diketahui nama baptisnya, begitu
pun nama ketiga anak laki-lakinya. Salah seorang putri Majoor Waworuntu dari Tewi
dikenal bernama Sandrana Adriana Waworoentoe yang meninggal tahun 1918. 4]
Mattern masih menambahkan bahwa istri kepala
Sarongsong ini kemudian menceraikannya setelah sadar kalau perkawinan seperti
itu tidak mungkin dalam agama Kristen.
Mattern merasa senang dan melihat harapan
untuk masa depan. Kecenderungan terhadap agama Kristen dilihatnya meningkat di
Distrik Tomohon dan Sarongsong.
Tanggal 17 Oktober 1841 Mattern kembali membaptis
delapan orang di Gereja Tomohon.
Menurut Mattern, jumlah pendengarnya terus
meningkat, dan terus-menerus muncul orang yang berhasrat untuk dibaptis.
Namun, umur Mattern pendek, meninggal 7
Desember 1842.
Ketika Wilken penggantinya yang baru bekerja
di Tanawangko 9 November 1842 tiba di Tomohon 1 Februari 1843 untuk
menggantikannya, ia hanya menemukan lima atau enam orang Kristen dewasa,
sebagian besar dari Tondano dan tempat lain.
Kebanyakan dari mereka yang dibaptis Mattern,
lapor Wilken, telah pergi ke tempat lain. Wilken mencatat di hari-hari
pertamanya hanya empat anak masuk sekolah (Sekolah Genootschap Tomohon) secara
tetap. Sementara pengunjung kebaktian di gereja sebagai pendengar empat hingga
delapan orang.***
---------
1] NZG mencatat tahun
1839 Mattern dibantu 3 asisten percetakan di Tomohon.
2] Tidak diketahui persis
kalau baptisan 10 orang ini, total dengan pembaptisan yang dilakukannya
terhadap 4 orang pada tanggal 9 Februari 1840. Namun dugaan kuat berbeda.
3] Kerja wajib atau
Heerendienst atau kerja rodi di berbagai fasilitas umum dan kebun distrik harus
dijalani tiap laki-laki berusia 18 tahun ke atas (tanpa batas usia) selama 36
hari, meski dalam praktek banyak yang bekerja lebih dari 90 hari. Mereka juga mesti
melakukan pekerjaan negeri berupa pinontol dan sawang pada para Hukum yang
bervariasi antara 50 sampai 60 hari di negeri kecil dan 70-90 hari di negeri
besar. Residen Manado E.J.Jellesma kemudian merubah pada 30 Mei 1900 kebijakan
kerja tanpa dibayar ini berlaku selama 32 hari untuk tiap laki-laki berumur 20
tahun sampai bebas umur 51 tahun.
4] Istri pertama Majoor Waworuntu
adalah Tolang, putri Kepala Balak Tombariri Majoor Rengkung yang ketika masuk
Kristen bernama Sara Rengkung. Istri kedua Maria Tenden dari Tondano. Waworuntu
baru masuk Kristen tahun 1847 dibaptis Inspektur NZG Ds.L.J.van Rhijn bernama
Herman Carl Wawo-Roentoe. Ia dibaptis van Rhijn setelah sebelumnya merasa enggan
karena Waworuntu masih memiliki dua istri.
·
Sketsa
dari Mededeelingen NZG 1861.
·
Sumber
tulisan: Maandberigt van het NZG 1835-1843, Mededeelingen NZG 1868, Tijdschrift
voor Nederlandsch Indie, 18 de jaargang, tweede deel, 1856, oleh Dr.W.R.van
Hoevell. Tomohon Kotaku, 2006, dan naskah Tomohon Dulu dan Kini.
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.