Minggu, 06 Oktober 2019

Orang-orang Kristen Pertama








Zendeling J.G.Schwarz.






Sebelum Tomohon ditetapkan sebagai pos penginjilan dari Nederlansch Zendeling Genootschap (NZG) tahun 1838, sudah ada satu-dua orang yang dibaptis Kristen Protestan. Entah oleh Zendeling Tondano Johan Friederich Riedel (melayani 14 Oktober 1831-12 Oktober 1860) atau Zendeling Langowan Johan Gotlieb Schwarz (12 Juni 1831-1 Februari 1859). Atau bahkan oleh Predikant Manado Gerrit Jan Hellendoorn (Januari 1826-18 Agustus 1839).

Riedel dan Schwarz dipastikan pernah menanamkan bibit Kristen di Tomohon. Riedel umpama diketahui seperti dari laporannya kepada NZG bertanggal 27 September 1836 menyebut menangani sekolah besar Tomohon.

Salah seorang wanita yang diduga menjadi Kristen di masa awal ini adalah Maria Posumah, istri Kepala Balak Tomohon Majoor Manoppo yang berkuasa di tahun 1809-1824. Zendeling Schwarz kuat dugaan yang telah membaptisnya, karena Schwarz mengenalnya dengan sangat baik, seperti dicatat Dr.W.R.Baron van Hoevell tahun 1856. Schwarz banyak melakukan pembaptisan di berbagai tempat di luar posnya Langowan.

Maria Posumah, nenek buyut dari Kepala Distrik Tomohon Majoor Roland Ngantung meninggal dalam usia yang sangat lanjut, 111 tahun. Dari para putri dan putranya turun keluarga-keluarga terkenal di Tomohon dengan fam Palar, Ngantung, Wenas, Wahani, Posumah, Anes dan lainnya.

Wanita lain yang diperkirakan menjadi Kristen awal Tomohon adalah putri bekas Kepala Balak Sarongsong Majoor Tamboto yang bernama alifuru Tumete Liwun. Ketika masuk Kristen memakai nama Maria Lontoh. Ia diperistri Hukum Kamasi Pangemanan Lontoh, anak dari Lontoh Tuunan bekas Kepala Balak Tomohon dan tokoh pejuang Perang Minahasa di Tondano tahun 1808-1809. Putri Maria Lontoh bernama Elisabeth Pangemanan Lontoh diperistri Lukas Wenas, kelak Kepala Distrik Tomohon. Sayang juga tidak diketahui zendeling yang telah membaptis Maria Lontoh.


Zendeling pertama Tomohon Pandita Johan Adam Mattern bekerja di Tomohon sejak awal Juli 1838 (menurut Jan Louwerier mulai Juni) hingga meninggal pada 7 Desember 1842.

Ketika Mattern tiba di Tomohon, NZG mencatat, kalau Tomohon adalah tempat dimana usaha pengkristenan paling sedikit dilakukan. Hanya ada satu sekolah tersisa dengan pengunjung tidak lebih dari 40 atau 50 murid.

Selama masa pelayanannya, NZG mencatat Mattern hanya membaptis 47 orang, terdiri 36 orang dewasa dan 11 anak-anak, serta mendirikan Jemaat (Gemeenten) Tomohon 1839, termasuk banyak sekolah yang ketika itu tersebar di Distrik-distrik Tomohon, Sarongsong, Kakaskasen dan Tombariri, kendati juga sepeninggalnya banyak yang ditutup dan dibuka ulang oleh Wilken. Mattern tidak sempat melaksanakan satu pun peneguhan anggota sidi atau pemberkatan perkawinan.

Pendirian Jemaat Tomohon tahun 1839 berdasar pengumuman NZG, ketika Mattern melaporkan melakukan pembaptisan pertama di Tomohon pada akhir bulan Desember 1839. Sebanyak enam orang dibaptis di gedung gereja pertama Tomohon yang telah dibangun sebelum rumah pribadi sekaligus percetakan selesai pada Agustus 1839.

Namun tidak ada data siapa saja yang telah dibaptisnya, karena buku baptisan bekas Gereja Besar Tomohon tidak ada. 

Tentang orang Kristen pertama ini, dicatat, bahwa mereka adalah enam orang murid piara yang telah tinggal bersama Mattern selama sekitar satu tahun. 

Dari laporan Mattern dan berita Louwerier, hanya dua dari 47 orang yang dibaptis yang diketahui pasti nama dan tanggal pembaptisannya. Sedangkan seorang lainnya hanya diketahui nama alifuru, serta fam dari ketiga anaknya 

WAJONG DAN WOHON
Bulan Januari 1840 Mattern mencatat memulai katekisasi dengan sepuluh orang muda, termasuk Guru Tomohon dan Sarongsong. Ia sangat berharap dengan jumlah ini akan membentuk anggota Jemaat Tomohon. Tetapi, anggota katekisasinya segera turun menjadi tujuh orang. Istrinya Johanna Jacoba Oudshoff membantu dengan usaha keras. Menurut Mattern, dari antara ketujuh orang itu, hanya tiga kweekeling (murid piara) yang bisa mengajar.

Semua murid piara yang dibaptisnya dipersiapkan untuk menjadi guru Sekolah Genootschap. Muncul permohonan dari beberapa Kepala Distrik untuk membuka sekolah di negeri-negeri mereka.

Tanggal 9 Februari 1840 Mattern membaptis empat orang. Mereka terdiri seorang pria muda dan wanita muda anak piara istrinya Jacoba, serta dua orang yang telah bersekolah.

Dua orang yang dibaptis diketahui pasti adalah Alexander Wajong dan Cornelis Wohon. Keduanya telah bekerja di percetakan NZG yang dipegang Mattern sejak awal kedatangannya di Tomohon, sebagai helper mencetak buku pelajaran dan agama dalam bahasa Melayu dengan gaji 4 gulden tiap bulan. 1]

Alexander Wajong kelahiran Tomohon 1818. Setelah dibaptis, ia ditempatkan Mattern sebagai guru Sekolah Genootschap Sarongsong pada 28 Februari 1840 hingga pensiun 8 Februari 1874 (meninggal tahun 1891).


Seperti Alexander Wajong, Cornelis Wohon, pertama kali ditempatkan sebagai guru Sekolah Genootschap Tataaran Tombulu (Tataaran Dua), ketika itu masuk Distrik Tomohon. Masa Pandita Nicolaas Philip Wilken, ia ditarik dari Tataaran, digantikan guru Samuel Elias. Ia ditempatkan sebagai guru Sekolah Genootschap Tomohon di Kamasi yang terbilang paling bermutu di Minahasa ketika itu. Dianggap gagal di Tataaran, ia justru sukses di Tomohon. Tahun 1862 Wilken mengangkatnya menjadi Penolong Injil (Hulpzendeling) Tomohon pertama, kemudian sebagai Inlandsch leeraar tahun 1879. Dan setelah hampir lima puluh tahun bekerja, ia meninggal dunia.

Salah seorang yang banyak dianggap sebagai murid Mattern pula adalah Samuel Elias. Namun, kemungkinan kuat Samuel Elias bukan dibaptis Mattern, tapi oleh Zendeling Amurang pertama Carl (Karl) Traugott Herrmann (Mei 1836-26 September 1851). Samuel Elias berasal Amurang kelahiran Pondang. Ia juga dicatat Louwerier memulai karir sebagai helper di percetakan NZG di bawah Mattern, tapi ketika masih berada di Manado, sejak 1 Juni 1836.

Sebelum Mattern pindah dengan percetakan di Tomohon pada bulan Juni 1838, Samuel Elias telah menjadi pekerja jemaat dan pemimpin Sekolah Genootschap Kakaskasen sejak tanggal 19 April 1838, dan menjabat hingga 31 Desember 1840. Karir guru Samuel Elias, berlanjut ketika Mattern memindahkannya jadi guru Sekolah Genootschap Woloan 4 Januari 1841 hingga 31 Desember 1843. Terakhir, oleh Wilken ditempatkan di Tataaran Tombulu mengganti Cornelis Wohon, memimpin Sekolah Genootschap selang 4 Januari 1844-5 Februari 1871. Samuel Elias berhasil mengantar sebagian besar penduduk Tataaran menjadi Kristen.

Murid piara lain dari Pandita Mattern tidak diketahui. Namun dapat dipastikan mereka ditempatkannya menjadi guru-guru di banyak sekolah yang berhasil didirikannya.

Tahun 1840 NZG melaporkan Mattern mengelola 56 sekolah dengan 3.837 anak murid, dimana 28 sekolah diantaranya didirikan olehnya. Tahun ini pula sekolah asuhannya meningkat menjadi 65 buah. Namun, terakhir dicatat ia sekedar menangani 14 sekolah dengan 770 murid. Penurunan terjadi karena serangan penyakit anak, serta kurang perdulinya para kepala, dan orang tua murid.

Selain Mattern, istrinya Jacoba memiliki beberapa murid wanita (anak piara). Kondisi anak piara terlantar ketika Jacoba meninggal pada 8 Oktober 1840.

Tahun 1840 itu pula, menurut NZG, Mattern membaptis delapan muridnya yang sebelumnya masih kafir serta dua orang dewasa lain. 2]

ISTRI WAWORUNTU
Tanggal 22 Maret 1841 Mattern melaporkan memberikan baptisan kepada sepuluh orang. Dari mereka empat orang diantaranya berasal dari satu keluarga Waworuntu asal Sarongsong. ‘’Istri ketiga dari Kepala Distrik Sarongsong dan tiga anak laki-lakinya,’’ catat Mattern.

Penerima baptisan lain adalah murid tua dari distrik yang telah membuat beberapa kemajuan di sekolah. Namun, mereka karena usia terpaksa harus keluar dari sekolah, karena terhitung usia wajib kerja. Mereka dituntut berpartisipasi dalam penanaman kopi dan padi. 3]

Istri ketiga dari Kepala Distrik Sarongsong Majoor Waworuntu bernama Tewi. Namun, tidak diketahui nama baptisnya, begitu pun nama ketiga anak laki-lakinya. Salah seorang putri Majoor Waworuntu dari Tewi dikenal bernama Sandrana Adriana Waworoentoe yang meninggal tahun 1918.  4]

Mattern masih menambahkan bahwa istri kepala Sarongsong ini kemudian menceraikannya setelah sadar kalau perkawinan seperti itu tidak mungkin dalam agama Kristen.

Mattern merasa senang dan melihat harapan untuk masa depan. Kecenderungan terhadap agama Kristen dilihatnya meningkat di Distrik Tomohon dan Sarongsong.

Tanggal 17 Oktober 1841 Mattern kembali membaptis delapan orang di Gereja Tomohon.

Menurut Mattern, jumlah pendengarnya terus meningkat, dan terus-menerus muncul orang yang berhasrat untuk dibaptis.

Namun, umur Mattern pendek, meninggal 7 Desember 1842.

Ketika Wilken penggantinya yang baru bekerja di Tanawangko 9 November 1842 tiba di Tomohon 1 Februari 1843 untuk menggantikannya, ia hanya menemukan lima atau enam orang Kristen dewasa, sebagian besar dari Tondano dan tempat lain.

Kebanyakan dari mereka yang dibaptis Mattern, lapor Wilken, telah pergi ke tempat lain. Wilken mencatat di hari-hari pertamanya hanya empat anak masuk sekolah (Sekolah Genootschap Tomohon) secara tetap. Sementara pengunjung kebaktian di gereja sebagai pendengar empat hingga delapan orang.***


---------
1] NZG mencatat tahun 1839 Mattern dibantu 3 asisten percetakan di Tomohon.
2] Tidak diketahui persis kalau baptisan 10 orang ini, total dengan pembaptisan yang dilakukannya terhadap 4 orang pada tanggal 9 Februari 1840. Namun dugaan kuat berbeda.
3] Kerja wajib atau Heerendienst atau kerja rodi di berbagai fasilitas umum dan kebun distrik harus dijalani tiap laki-laki berusia 18 tahun ke atas (tanpa batas usia) selama 36 hari, meski dalam praktek banyak yang bekerja lebih dari 90 hari. Mereka juga mesti melakukan pekerjaan negeri berupa pinontol dan sawang pada para Hukum yang bervariasi antara 50 sampai 60 hari di negeri kecil dan 70-90 hari di negeri besar. Residen Manado E.J.Jellesma kemudian merubah pada 30 Mei 1900 kebijakan kerja tanpa dibayar ini berlaku selama 32 hari untuk tiap laki-laki berumur 20 tahun sampai bebas umur 51 tahun.
4] Istri pertama Majoor Waworuntu adalah Tolang, putri Kepala Balak Tombariri Majoor Rengkung yang ketika masuk Kristen bernama Sara Rengkung. Istri kedua Maria Tenden dari Tondano. Waworuntu baru masuk Kristen tahun 1847 dibaptis Inspektur NZG Ds.L.J.van Rhijn bernama Herman Carl Wawo-Roentoe. Ia dibaptis van Rhijn setelah sebelumnya merasa enggan karena Waworuntu masih memiliki dua istri.


·         Sketsa dari Mededeelingen NZG 1861.
·         Sumber tulisan: Maandberigt van het NZG 1835-1843, Mededeelingen NZG 1868, Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, 18 de jaargang, tweede deel, 1856, oleh Dr.W.R.van Hoevell. Tomohon Kotaku, 2006, dan naskah Tomohon Dulu dan Kini.



·     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.